君と出会えた僕
Aku Setelah Bertemu
Denganmu
Aku ingin sedikit berbagi
mengenai cinta. Yang aku bicarakan di sini adalah cinta kepada pasangan.
Menurutku, cinta adalah sesuatu yang abstrak dan paling kontroversial. Mulai dari
yang berkata cinta itu bahagia, cinta itu rasa sakit, cinta itu indah, cinta
itu pengorbanan, dan lain-lain. Kita semua memiliki pandangan masing-masing
mengenai apa itu cinta. Namun yang akan aku ceritakan sedikit berbeda dengan
kisah cinta biasanya.
Satu waktu aku dan pacarku jalan
ke salah satu mall besar di Bandung.
Seperti halnya orang-orang pada waktu itu, kami belanja sana-sini, bermain sana-sini,
makan ini-itu, dan lain-lain. Setelah lelah dengan semua agenda kencan itu, di
tengah perjalanan tiba-tiba pacarku mendatangi seorang kakek yang duduk di
pinggir jalan tepat di depan mall
tersebut. Kakek itu berwajah hitam keriput dan terlihat sudah sangat tua. Sambil
kedua tangannya memegang keset, dengan suara yang parau ia menawarkan barang
dagangannya pada orang-orang yang berlalu-lalang. Pacarku mendekatinya dan
menanyakan berapa harga keset tersebut, lalu akhirnya membeli keset dari sang
kakek tua itu. Kakek itu terlihat sangat senang dan terus berterima kasih. Melihat
kejadian itu, untuk sekejap membuatku terdiam dan bengong. Aku tak habis pikir.
Di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan kota besar, di antara orang-orang yang
beraktifitas dengan semua kemewahan yang mereka miliki, belanja barang-barang trendy, makan di restoran elit, sangat
kecil sekali kemungkinan ada orang yang cukup peka dan bersimpati untuk membeli
sebuah keset murahan dari seorang kakek tua di pinggir jalan. Bahkan aku
sendiri tak melihat ada seorang kakek di situ. Harus ku akui itu bukan hal yang
mudah untuk dilakukan. Hanya yang cukup berjiwa besar, yang mampu menanggalkan
semua gelar kehormatan di bahunya, lalu merendah untuk sejajar dengan orang
yang akan ditolong, dan membawanya terbang bersama dengannya. Dan tak semua
orang dapat melakukan itu di zaman seperti ini. Aku merasa sangat terkejut
waktu itu. Hari itu, menjadi momen yang tak akan terlupakan bagiku.
Semenjak kejadian itu aku mencoba
lebih sadar pada lingkungan. Aku mencoba membuka mata dan telinga lebih lebar
dari sebelumnya. Hingga beberapa waktu yang lalu aku bertemu seorang nenek
bongkok penjual sapu lidi. Sambil berjalan dengan tergopoh-gopoh nenek itu
menenteng sapu-sapu lidi jualannya. Walau pun dunia keras padanya, nenek itu
enggan menjadi pengemis dan memilih tak menyerah pada kehidupan. Walau pun
sebetulnya aku tidak perlu, tapi aku memutuskan untuk membantu dengan membeli
sapu lidinya. Nenek itu terlihat sangat bahagia dan berterima kasih padaku
karena telah membeli dagangannya. Sepertinya sudah seharian ia berjalan jauh
dan tak ada sapunya yang laku. Uang yang aku keluarkan untuk membeli sebatang
sapu lidi itu memang tak seberapa, tapi ada perasaan bahagia tersendiri yang ku
rasakan tiba-tiba. Perasaan yang tak dapat aku jelaskan dengan kata-kata. Hanya
yang pasti, ketika aku menyaksikan wajah bahagia nenek itu aku merasakan
kebahagiaan yang tak terbayar oleh apa pun. Saat itu aku merasa betapa
berharganya keberadaanku karena aku dapat berbagi. Rupanya ini yang dirasakan
pacarku sewaktu menolong kakek penjual keset dulu. Dan aku pun ingin terus
berbagi.
Aku berubah. Ya, berkat pacarku.
Banyak orang berkata bahwa cinta
tak perlu alasan. Ya, mungkin benar. Tapi ada hal janggal yang mengganggu
pikiranku dari kalimat itu. Apabila memang benar cinta tak perlu alasan,
mungkin saat ini aku dapat saja jatuh cinta pada tukang seblak dekat kosanku.
Toh kan tak perlu alasan untuk mencintai. Jadi, aku pikir walau pun kita semua
berkata bahwa cinta tak perlu alasan, namun
sebetulnya ada hal yang kita suka dari pasangan kita. Sesuatu yang
membuat kita nyaman bersamanya. Sesuatu yang membuat kita ingin terus berada di
sampingnya. Sesuatu yang tak bisa kita dapatkan dari orang lain. Itulah
sebabnya kita tidak dapat jatuh cinta pada semua orang. Hanya saja saking
meluapnya perasaan-perasaan itu, kita tak sempat memeriksanya lebih dalam.
Sampai akhirnya muncullah sebuah kata yang rasanya sanggup mewakili semua
perasaan yang tidak kita mengerti itu, cinta.
Jadi, apa itu cinta. Aku tak
tahu. Mungkin kita tak akan pernah tahu. Namun, setidaknya kita belajar satu
hal. Berbicara mengenai cinta tak akan pernah selesai. Berkutat dalam
perbincangan itu hanya akan membuang waktu. Yang terpenting bukanlah bagaimana
kita dapat jatuh cinta, tapi bagaimana kita setelah jatuh cinta. Selama kita
menjadi orang yang lebih baik karena cinta, setidaknya cinta kita sudah berada
di jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar