NW
“Night Walker”
Kata orang, dari setiap cerita yang kita dengar setidaknya ada
satu hal baru yang bisa dipetik. Apa ini berlaku untuk cerita ini? Yah, Kita
lihat saja. Ini mungkin salah satu pengalaman tergokil, seru, konyol, dan gak
jelas saat gue kuliah. Hari di mana ulang tahun gue dilewati dengan cara yang
gak biasa.
Malam itu, adalah malam Jumat. Gue dan tujuh orang teman gue,
berjalan melewati gerbang PSBJ di tengah malam. Kami juga gak ngerti kenapa
agenda malam itu bisa berujung uji nyali. Beberapa jam sebelumnya gue dan para
bocah itu hanya asyik makan, nonton, dan gosip-gosip soal cewek. Tapi pada
akhirnya inilah yang terjadi.
Tepat pukul 12.00 malam kami memasuki kawasan PSBJ. Sekedar
informasi, PSBJ adalah singkatan dari Pusat Studi Bahasa Jepang yang berlokasi
di dalam kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor. Katanya bangunan ini tempat
paling menyeramkan di Universitas gue. Banyak banget cerita penampakan yang
kerap kali muncul di sini. Kami terbagi menjadi dua tim. Tim gue berjalan
melewati sudut sebelah kiri menuju belakang aula dan terus memutari PSBJ
melalui kantin. Tim yang lain menuju arah sebaliknya melawati lorong belakang
kelas dan menaiki tangga menuju perpustakaan. Akhirnya setelah bersiap-siap,
kami berangkat.
Suasana PSBJ saat itu hening banget. Tinggal gue bersama tiga
orang dalam tim gue. Hanya suara langkah kami berempat yang mengisi gaung-gaung
di sepanjang perjalanan malam itu. Kami bisa merasakan nafas kami yang berat
saat memperhatikan setiap sudut bangunan yang gelap. Seakan ada sesuatu yang
memperhatikan dari balik kegelapan itu. Semua ketegangan itu membisukan
mulut-mulut kami. Melihat kelas-kelas yang biasanya ramai, berubah seketika menjadi
ruangan yang horor. Rasa penasaran membimbing gue untuk coba mengintip lewat
jendela. Dengan menempelkan sebelah kanan telapak tangan di kaca jendela yang
dingin, gue mendekatkan wajah sampai hidung gue bisa merasakan aroma embun yang
menempel pada kaca. Mata gue menyusuri seisi ruangan. Lampunya mati, jadi hanya
bagian luarnya saja yang terlihat karena ter sinari oleh lampu dari teras
kelas. Gue berusaha fokus pada bagian tengah ruangan yang sangat gelap. Waktu
itu entah apa yang gue harapkan, atau gak gua harapkan untuk dilihat. Fuhh. (untungnya
gak ada yang nemplok tiba-tiba di kaca), (karena pernah kejadian). Waktu pun berlalu, di tengah perjalanan
tiba-tiba keheningan selama itu pecah oleh suara teriakan dan deru langkah kaki-kaki
yang berlari-lari. Kami terkejut sampai ikut berteriak dan berlari tanpa tahu
sebabnya. Dari kejauhan kami melihat tim yang lain sedang berlari kembali
menuju gerbang. Kami pun mengikuti mereka sampai akhirnya semua tiba di gerbang
PSBJ, dengan nafas terengos-engos. Salah satu teman gue berwajah sangat pucat. Ia
terlihat berusaha sangat keras untuk berbicara dengan terbata-bata. Setelah keadaan
semua orang cukup tenang, ia menceritakan kepada kami bahwa ia melihat sebuah
bayangan di balik kaca perpustakaan. Kami semua tersentak kaget. Jantung kami
seakan berhenti berdenyut beberapa saat. Sampai teman kami berbicara bayangan
itu berwarna biru. Lalu kami semua tertawa. Sepertinya itu hanya pantulan
bayangan baju biru yang dikenakannya sendiri.
Akhirnya gue dan temen-temen memutuskan untuk pergi
meninggalkan PSBJ. Dalam perjalanan, karena udah tanggung, sekalian kami mengelilingi
seluruh kampus sambil jalan-jalan di malam hari itu. Ternyata gak ada yang
perlu kami takutkan (walaupun di sepanjang jalan temen gue yang satu selalu
cerita-cerita mistis setiap kami pindah tempat). Gak ada hal aneh yang terjadi.
Semua berjalan dengan wajar. Sebelum keluar dari kampus kami semua berfoto di
sebuah bunderan di perempatan jalan dalam kampus. Akhir perjalanan malam itu
pun berujung di sebuah jembatan tua di Jatinangor bernama “Jembatan Cincin” (katanya ini juga salah satu tempat paling
angker di Jatinangor).
Kami merasa benar-benar lelah dan lapar. Akhirnya kami pesan
makanan, dan makan bersama di tengah Jembatan Cincin (buset motor abang nasinya
nganterin ke tengah jembatan). Kami pun makan dengan lahap (dengan lapar lebih
tepatnya). Setelah perut terisi penuh mata pun mulai berat, kami tidur di sana. Gue termenung. Hening.
Hembusan angin menerpa kulit tangan gue yang dingin. Melihat langit hitam yang
sangat luas dengan taburan bintang yang berkelap-kelip (sebenernya ga juga
sih). Namun yang pasti, bersama tujuh teman baik. Di atas jembatan tua.
Melewati perjalanan malam yang panjang. Itu momen yang euhh banget. Hari yang gak
akan gue lupa.
Akhirnya semua bangun (untung gak terus tepar sampe diinjek
orang lewat). Pagi itu kami nunggu fajar terbit dari atas jembatan. Gue
menghitung mundur sampai beberapa kali karena gak muncul-muncul juga itu
mentari. Hingga akhirnya nongol juga. Matahari pertama gue di usia delapan
belas tahun. Hm, hangat. Silau. Serasa memberi gue semangat baru untuk satu tahun
yang lebih baik di tahun ini. Thanks guys. Gue akan menjaga kenangan ini sampai
tua nanti.
Beberapa hari setelah itu. Ada hal aneh terjadi. Kami melihat
foto kami di bundaran waktu itu. Sebuah bayang biru menyerupai wajah perempuan
dengan rambut yang panjang terpampang jelas tepat depan muka gue, muncul
tiba-tiba di foto itu.
*lain kesempatan gue
share fotonya
*“NW/Night Walker” diambil
dari nama grup kami berdelapan buat malam itu